Membangun Budaya Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Publik

Jumat, 10 Agustus 2018

Menghitung Nasib Indonesia (I)

Setelah publik dibikin penasaran soal Cawapres siapa yang bakal mendampingi Joko Widodo dan Prabowo Subiyanto dalam merebut kursi kekuasaan tertinggi di Republik ini, kini terjawab sudah.
Jumat,10/8/18 masing masing telah mendaftarkan diri di KPU untuk memastikan kesiapannya berebut kursi panas itu.

Lalu bertaburan di media masa dan media  sosial pikiran liar para Nitizen yang saling melancarkan serangannya, mulai dari yang paling santun sampai yang paling tak punya aturan.
Sah sah saja, mereka berpendapat, meski terkadang adat ketimuran mulai diabaikan.

Demokrasi terasa tak nikmat lagi, aromanya menjadi aroma bar bar yang mencuat dari pertarungan hukum alam rimba belantara politik.
Republik ini terkesan makin liar seperti kebun binatang yang siap saling mangsa satu sama lain.

Mulailah kita berhitung siapa yang bakal memenangkan pertempuran ini. kalkulasi dukungan partai ada ditangan Pasangan Jokowi - Makruf Amin, yang didukung oleh PDiP, Partai Golkar, Nasdem dan PKB.

KH. Makruf Amin disamping tokoh sepuh NU dan Ketua MUI memang diharapkan mampu meredam konflik politik yang berkembang di kubu partai pendukung terutama yang dihatirkan hengkangnya PKB yang semula mengusung Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Cawapres.

Politik identitas jelas kian menguat dan menjadi tameng bagi kepentingan Jokowi untuk meraup suara dari basis kaum santri. Setelah Jokowi diguncang dengan isu negatif, terutama yang mencuat atas pernyataan mbak Mega yang dituding tak butuh suara kaum muslim.

Sementara, kubu Prabowo akhirnya memutuskan Sandiaga Uno sebagai Cawapres yang sebelumnya sama sekali tak diperhitungkan para pengamat.

usulan PKS, PAN, dan Demokrat praktis terpental. Ustad Abdus Shomad kabarnya menolak tak bersedia untuk disandingkan dengan Prabowo.

Injury time, Demokrat malah tak betah menahan emosinya. AHY gagal bersanding dengan Prabowo. Demokrat malah melancarkan pernyataan keras dengan menyematkan predikat pada Prabowo sebagai JENDRAL KARDUS.

Prabowo memilih  Sandiaga sebagai cawapresnya karena isu uang sebesar 1 T. Demokrat menuding PKS dan PAN masing telah terbeli seharga masing masing 500 juta.

Demokrat sempat tak turut serta pada deklarasi yang digelar Gerindra, PKS dan PAN. Meski akhirnya Demokrat tak bisa mengelak untuk tetap mendukung pasangan Prabowo - Sandi.

Sungguh, publik telah disuguhi pertunjukan panggung politik yang kurang sehat dari para pemimpin bangsa ini.

Pertunjukan belum berakhir
Entah siapa yang akan memenangkan dan merebut simpati publik ?...
#mif