Membangun Budaya Transparansi Akuntabilitas dan Partisipasi Publik

Jumat, 03 Agustus 2018

KONFLIK MADZAB MEMANAS DI JEMBER

Jumat 3/8/18), Ratusan Masa yang mengatasnamakan Tolak Penjajahan Ideologi (TOPI) Jember akhirnya membuktikan ancaman demonya tuntut bubarkan Sekolah Tinggi Dirasat Islam (STDI) di Jember. Aksi itu berlangsung di depan kantor Pemkab Jember sejak pukul 10.00 dan dilanjutkan ke gedung DPRD Jember.
Korlap Aksi Baiquni Purnama memandang STDI telah menyebarkan ajaran yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Ahlussunah Waljamaah, dengan mengkafirkan orang yang melakukan perayaan Maulid Nabi.
Kemarahan mereka juga dipicu dengan tudingan bahwa STDI menganggap orang yang datang kepada Kyai sama hal nya dengan datang ke dukun.
"Aktivitas STDI yang bertentangan dengan keyakinan khalayak itu telah meresahkan masyarakat sekitar," tegasnya.
Beruntun para tokoh masyarakat menyampaikan keberatannya  dan meminta agar ijin STDI dicabut.
Salah pendemo, Kustiono Musri juga menyampaikan kekesalannya dengan sikap pemerintah yang memberikan ijin terhadap STDI padahal seharusnya pemerintah lah yang lebih berwenang menanggulangi konflik ini agar tak berkepanjangan.
"Apa yang saya katakan bukan fitnah, saya punya buktinya,,," pungkas Kustiono.
Pada kesempatan itu Kapolres Jember Koesworo menegaskan bahwa polres Jember meminta semua pihak agar menjaga kondusivitas wilayah Jember

Aksi itu tentu saja mendapat tanggapan pro kontra. Ada yang mendukung juga ada yang mencibir.
Mereka yang mendukung sudah barang tentu pikirannya sejalan, sementara yang mencibir tentu juga punya alasan.

Ada juga diantaranya yang bertanya tanya mengapa konflik madzhab seperti tak diselesaikan melalui jalur Tabayyun saja, lebih elegan
'malu sebenarnya bertengkar dengan sesama muslim, gak jelas yang diperebutkan" kata salah seorang yang kebetulan lewat.